Judul : Batu Goloq
Penulis : Ahmad Fatoni Dwi Putra
Pengarang: Idjasudin Prako
Penerbit : CV. Mahani Persada, Mataram
Tebal : 23 hlm. + VI
BATU GOLOQ
Buku ini berjudul Batu Goloq yang ditulis oleh Idjasudin Prako, bagi yang sangat suka membaca cerita rakyat tentang hal-hal yang berlatar di Nusa Tenggara Barat pasti tahu apa yang di ceritakan di cerita rakyat ini. Idjasudin Prako seorang penulis otodidak dari Janapria kabupaten Lombok Tengah. Begitu besar cintanya terhadap tanah kelahirannya, sehingga timbul keinginan untuk mengabadikan sebuah cerita rakyat yang menurutnya dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi anak-anak penerus bangsa nantinya.
Kelebihan dari buku ini dapat kita lihat dari segi amanat yang terkandung di dalamnya . Banyak sekali gambar yang ditampilkan oleh buku ini untuk menambah daya tarik buku. Kekurangan dari buku ini dalam segi cerita tidak terlihat dari segi makna dan segi instrik tapi kekurangannya hanya terletak dalam segi ekstrinsik seperti kualitas kertas.
Di sebuah tepi hutan jati terdapat satu keluarga dengan dua anak yang hidup hanya dengan mengumpulkan kayu kering. Suatu ketika, saat kedua anak mereka menghabiskan sisa persediaan nasi untuk bersama, kedua orang tua mereka naik pitam karena lapar dan baru selesai berkerja. Tanpa ampun mereka memukuli kedua anaknya sampai mereka pingsan berlumuran darah.
Di saat siuman mereka mencoba naik ke sebuah batu yang tinggi dan licin. Mereka berdua mulai meratap, dengan tiba-tiba batu itu melayang. Kedua orang tuanya mendengar ratapan anak mereka kemudian mereka pun keluar sambil menangis memanggil kedua anak mereka, tapi kedua anak itu tak kelihatan lagi. Tiba-tiba batu itu kembali tanpa kedua anak itu.
Makna dari, batu itu kembali tanpa anak itu. Pemimpin yang sering kali menyiksa rakyatnya tidak akan mendapat apa-apa. Bahkan sesuatu yang sangat dicintai akan hilang begitu saja tanpa ia sadari.
Amanat yang yang terkandung dalam cerita rakyat ini sangatlah luar biasa, karena kita disuruh supaya tidak terlalu cepat mengikuti hawa nafsu. Kemudian tema yang diangkat sangat menarik yang mengkisahkan penyiksaan orang tua terhadap anak yang berakhir dengan kedua orang tua itu kehilangan anaknya untuk selama-lamanya. Alur cerita yang digunakan kurang menggoda dan tidak membangkitkan rasa penasaran untuk beranya-tanya. Gaya bahasa yang digunakan oleh penulis mengalir dan ringan, tetapi tidak berarti gampangan.
Dengan membaca cerita rakyat ini, kita akan dibuat sadar bahwa setiap manusia pasti punya kelemahan dan kelebihan, bahkan orang tua yang sangat menyayangi anaknya dapat berlaku sangat kasar terhadap anaknya sendiri. Jangan sampai cerita rakyat ini terjadi di dalam hidup kita dan sebagai pemimpin jangan semena-mena terhadap bawahannya.
Friday, 6 December 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)