Please Bantu Saya, Like This !!!

×

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Sunday, 5 October 2014

BUDAYA POLITIK SECARA LENGKAP



A.    Pengertian
Almond dan Verba (1990) mendefinisikan budaya politik sebagai suatu sikap orientasi yang khas dari warga Negara terhadap system politik dan aneka ragam bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga Negara di dalam system itu. Batasan ini memperlihatkan pada kita adanya unsure individu, yakni warga Negara dan system politik serta keterkaitannya. Dalam hal ini budaya politik terlihat dari bagaimana sikap individu terhadap system politik dan bagaimana pula sikapnya terhadap individu dalam system politik
Sedangkan menurut Austin Ranney, budaya politik adalah seperangkat pandangan-pandangan tentang politik dan pemerintahan yang dipegang secara bersama-sama; sebuah pola orientasi-orientasi terhadap objek-objek politik.
Seperti dikatakan oleh Almond bahwa budaya politik merupakan dimensi psikologis dalam suatu sistem politik. Maksud dari pernyataan ini menurut Ranney, adalah karena budaya politik menjadi satu lingkungan psikologis, bagi terselenggaranya konflik-konflik politik (dinamika politik) dan terjadinya proses pembuatan kebijakan politik. Sebagai suatu lingkungan psikologis, maka komponen-komponen berisikan unsur-unsur psikis dalam diri masyarakat yang terkategori menjadi beberapa unsur.
Menurut Ranney, terdapat dua komponen utama dari budaya politik, yaitu orientasi kognitif (cognitive orientations) dan orientasi afektif (affective oreintatations). Sementara itu, Almond dan Verba dengan lebih komprehensif mengacu pada apa yang dirumuskan Parsons dan Shils tentang klasifikasi tipe-tipe orientasi, bahwa budaya politik mengandung tiga komponen obyek politik sebagai berikut:
1.      Orientasi kognitif  yaitu berupa pengetahuan tentang dan kepercayaan pada politik, peranan dan segala kewajibannya serta input dan outputnya.
2.      Orientasi afektif  yaitu perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan pe-nampilannya.
3.      Orientasi evaluative  yaitu keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan standar nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan.
Di dalam realitas kehidupan ketiga komponen ini tidak terpisah-pisah secara tegas. Adanya perbedaan tingkat pemahaman tentang perkembangan masyarakay pada setiap individu menyebabkan ketiga komponen tersebut saling terkait atau sekurang-kurangnya saling terkait. Untuk dapat membentuk suatu penilaian terhadap seorang pemimpin, seorang warga Negara harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang si pemimpin. Dan pengetahuan itu sudah dipengaruhi oleh perasaannya sendiri. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan berpengaruh pada system politik secara keseluruhan.
Budaya politik suatu masyarakat berkembang dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu. Bahkan dapat dikatakan bahwa kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh interaksi antar orientasi dan antar nilai.interaksi yang demikian memungkinkan timbulnya kontak-kontak di antara budaya politik bangsa. Proses ini kita kenal dengan sosialisasi politik yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat mengalami, menyerap,dan menghayati nilai-nilai politik yang ada disekitarnya. Jadi antara budaya politik dan sosialisasi politik bersifat saling mempengaruhi. Pertumbuhan dan perkembangan politik merupakan output sosialisasi politik dan dapat pula berfungsi sebagai input proses sosialisasi politik
Sosialisasi politik didefinisikan oleh Ramlan Surbakti  sebagai proses pembentukan sikap dan orientasi politik anggota masyarakat. Melalui sosialisasi politik inilah para nggota masyarakat memperoleh sikap dan orientasi kehidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat.Nilai-nilai politik yang disosialisasikan adalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan metode penyampaiannyadapat dilakukan dengan pendidikan politik dan indoktrinasi politik.

B.     Tipe-Tipe Budaya Politik
1.      Budaya politik parokial (parochial political culture)
Budaya parokial yaitu budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu bahkan masyarakat belum memiliki kesadaran berpolitik, sekalipun ada menyerahkannya kepada pemimpin lokal seperti suku.
Pada budaya politik parokial umumnya tingkat partisipasi dan kesadaran politik masyrakatnya masih sangat rendah. Hal tersebut disebabkan oleh poleh faktor kognitif, yaitu rendahnya tingkat pendidikan/pengetahuan seseorang sehingga pemahaman dan kesadaran mereka terhadap politik masih sangat kecil. Pada budaya politik ini, kesadaran obyek politiknya kecil atau tidak ada sama sekali terhadap sistem politik. Kelompok ini akan ditemukan di berbagai lapisan masyarakat.
Budaya politik parokial biasanya terdapat dalam sistem politik tradisional dan sederhana, dengan ciri khas spesialisasi masih sangat kecil, sehingga pelaku-pelaku politik belumlah memiliki tugas. Tetapi peranan yang satu dilakukan secara bersamaan dengan peranan lain aktivitas dan peranan pelaku politik dilakukan bersamaan dengan perannya baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun keagamaan.
Disebabkan sistem politik yang relatif sederhana dan terbatasnya areal wilayah dan diferensiasinya, tidak terdapat peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri-sendiri. Masyarakat secara umum tidak menaruh minat begitu besar terhadap objek politik yang lebih luas tetapi hanya dalam batas tertentu, yakni keterikatan pada obyek yang relatif sempit seperti keterikatan pada profesi.
Orientasi parokial menyatakan ketiadaannya harapan-harapan terhadap perubahan yang dibandingkan dengan sistem politik lainnya. Dengan kata lain bahwa masyarkat dengan budaya politik parokhial tidak mengharapkan apa pun dari sistem poltik termasuk bagian-bagian tehadap perubahan sekalipun. Dengan demikina parokialisme dalam sistem politik yang diferensiatif lebih bersifat afektif dan orientatif dari pada kognitifnya.
Dalam masyarakat tradisional di indonesia unsur-unsur budaya parokial masih terdapat, terutama dalam masyarakat pedalaman. Paranata, tata nilai serta unsur-unsur adat lebih banyak di pegang teguh daripada persoalan pembagian peran poltik. Pemimpin adat atau kepala suku dapat dikatakan sebagai pimpinan politik sekaligus dapat berfungsi sebagai pimpinan agama, pemimpin sosial masyarakat bagi kepentingan-kepentingan ekonomi. Dengan demikian nyata-nyata menonjol dalam budaya politik parokial ialah kesadaran anggota masyarakat akan adanya pusat kewenangan / kekuasaan politik dalam masyarakat.

2.      Budaya politik kaula/subjek (subject political culture)
Budaya Kaula artinya masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap sistem politik namun tidak berdaya dan tidak mampu berpartisipasi sehingga hanya melihat outputnya saja tanpa bisa memberikan input. Pada budaya politik ini, masyarakat yang bersangkutan sudah relatif maju baik sosial maupun ekonominya, tetapi masih bersifat pasif. Budaya politik kaula adalah mereka yang berorientasi terhadap sistem politik dan pengaruhnya terhadap outputs yang mempengaruhi kehidupan mereka seperti tunjangan sosial dan hukum. Namun mereka tidak berorientasi terhadap partisipasi dalam struktur input.
Tipe ini memliki frekuensi yang tinggi terhadap sistem politiknya, yang perhatian dan frekuensi orientasi terhadap aspek masukan (input) dan partisipasinya dalam aspek keluaran sangat rendah.
Hal ini berarti bahwa masyarkat dengan tipe budaya subjek menyadari telah adanya otoritas pemerintah.
Orientasi pemerintah yang nyata terlihat dari kebanggaan ungkapan saling , baik mendukung atau permusuhan terhadap sistem. Namun demikian, posisinya sebagai subjek (kaula) mereka pandang sebagai posisi pasif. Diyakini bahwa posisinya tidak akan menentukan apa-apa terhadap perubahan politik. Mereka beranggapan bahwa dirinya adalah subjek yang tidak berdaya untuk mempengaruhi ataupun mengubah sistem. Dengan demikian scara umum mereka menerima segala keputusan yang diambil dari segala kebijaksanaan pejabat bersifat mutlak, tidak dapat diubah-ubah. Dikoreksi, apalagi ditentang. Bagi mereka yang prinsip adalah mematuhi perintahnya, menerima, loyal, dan setia terhadap anjuran, perintah, serta kebijaksanaan pimpinannya.
Orientasi budaya politik kaula/subjek yang murni sering terwujud dalam masyarakat yang tidak dapat struktur masukan yang deferensiasi. Demikian pula orientasi dalam sistem politik lebih bersifat normatif dan afektif daripada kognitif. Oleh karena itu, dapat dipahami bila mereka memiliki sikap yang demikian.
Masyarakat yang memiliki budaya politik seperti itu, bila tidak menyukai terhadap sistem politik yang berlaku hanyalah diam dan menyimpannya saja di dalam hati. Sikap itu tidak direalisasi kedalam bentuk perilaku konkret karena diyakini tidak ada sarana untuk memanifstasikannya. Lebih-lebih dalam masyarakat yang berbudaya subjek terdapat pandangan bahwa masyarakat terbentuk dari struktur hierarkis (vertikal). Sebagai akibatnya individu atau kelompok digariskan untuk sesuai dengan garis hidupnya sehingga harus puas dan pasrah pada keadaannya.Biasanya siap-sikap seperti itu timbul karena diakibatkan oleh faktor-faktor tertentu seperti proses kolonisasi dan kidiktatoran.



3.      Budaya politik partisipan (participant political culture)
Adalah masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berorientasi terhadap struktur inputs dan proses dan terlibat didalamnya atau melihat dirinya sebagai potensial terlibat, mengartikulasikan tuntutan dan membuat keputusan. Pada budaya poltik ini ditandai dengan kesadaran politik yang tinggi.
Budaya partisipan adalah budaya dimana masyarakat sangat aktif dalam kehidupan politik. Masyarakat dengan budaya politik partisipasi, memiliki orientasi yang secara eksplisit ditujukan kepada sistem secara keseluruhan, bahkan terhadap struktur, proses politik dan administratif. Tegasnya terhadap input maupun output dari sistem politik itu. Dalam budaya politik itu seseorang atau orang lain dianggap sebagai anggota aktif dalam kehidupan politik, masyarakat juga merealisasi dan mempergunakan hak-hak politiknya. Dengan demikian, masyarakat dalam budaya politik partsipan tidaklah menerima begitu saja keputusan politik. Hal itu karena masyarakat telah sadar bahwa betapa kecilnya mereka dalam sistem politik, meskipun tetap memiliki arti bagi berlangsungnya sistem itu. Dengan keadaan ini masyarakat memiliki kesadaran sebagai totalitas, masukan, keluaran dalam konstelasi sistem politik yang ada. Anggota-anggota masyarakat partisipatif diarahkan pada peranan pribadi sebagai aktivitas masyarakat, meskipun sebenarnya dimungkinkan mereka menolak atau menerima.

4.      Budaya politik campuran (mixed political cultures)
Pada umumnya kebudayaan dalam politik parokial, subjek, dan partisipasi hampir sama dan sebangun dengan struktur politik tradisional, struktur otoritarian, dan sentralistis. Disamping itu mengingat bahwa dalam perubahan sistem politik antara kultur dan struktur seringkali tidak selaras, dalam pembahasan sistem politik yang cepat dewasa ini terjadi perubahan format politik karena gagal mencapai harmoni.
Budaya politik campuran, maksudnya disetiap bangsa budaya politik itu tidak terpaku kepada satu budaya, sekalipun sekarang banyak negara sudah maju, namun ternyata tidak semuanya berbudaya partisipan, masih ada yang kaula dan parokial. Inilah yang kemudian disebut sebagai budaya politik campuran.

Seperti telah dikemukakan bahwa tiga kebudayaan politik murni (parochial, kaula/subjek, dan partisipan) tersebut merupakan awal bagi tipe-tipe kebudayaan politik atau disebut budaya politik campuran (mixed political cultures). Adapun tiga bentuk kebudayaan itu adalah sebagai berikut :
a.       Kebudayaan subjek parokial (The Parochial-subject Culture)
Pada masyarakat dengan bentuk budaya subjek parokial terdapat sebagian besar yang menolak tuntutan-tuntutan eksklusif masyarakat kerukunan desa atau otoritas feodal. Hal itu juga telah mengembangkan kesulitan dalam sistem politik yang lebih kompleks dengan struktur-struktur pemerintahan pusat yang bersifat kompleks. Banyak bangsa yang melaui proses-proses peralihan parokial awal dari parokialisme lokal menuju pemerintahan sentralisasi.
Dapat dikatakan bahwa sebuah sebuah kebudayaan politik yang memiliki "kewibawaan" bersifat campuran. Dalam kondisi itu orientasi pribadi yang tergabung di dalamnya bersifat campuran pula. Dengan demikian, kebudayaan politik parokial yang menuju hubungan politik subjek dapatlah dimantapkan pada sebuah titik tertentu dengan menghasilkan perpaduan politik, psikologi, dan kultural yang berbeda-beda. Namun demikian jenis perbedaan tersebut merupakan manfaat yang besar terhadap stabilitas dan penampilan sistem politik itu.
Apabila kebudayaan warga negara merupakan sebuah kebudayaan politik campuran seperti itu, di dalamnya terdapat banyak individu-individu yang aktif dalam politik, tetapi banyak pula yang mengambil peranan subjek yang lebih aktif. Peranan peserta, dengan demikian telah ditentukan ke dalam peranan subjek parochial. Hal itu berarti bahwa warga Negara yang aktif melestarikan ikatan-ikatan tradisional dan nonpolitik, dan peranan politiknya yang lebih penting sebagai seorang subjek.
Oleh karena itu, orientasi subjek dan parokial, telah melunakkan orientasi keterlibatan dan aktivitas individu dalam politik.
b.      Kebudayaan subjek partisipan (Subjek Participant Culture)
Peralihan dari budaya parochial ke budaya subjek bagaimanapun juga akan mempengaruhi proses peralihan dari budaya subjek ke budaya partisipan. Secara umum masyarakat yang memiliki bidang prioritas peralihan dari objek ke partisipan akan cenderung mendukung pembangunan dan memberikan dukungan terhadap sistem yang demokratis.dalam budaya subjek partisipan yang bersifat seperti ini sebagian warga negara telah memiliki orientasi-orientasi masukan yang bersifat khusus dari serangkaian orientasi pribadi sebagai seorang aktivis. Sementara itu sebagian warga negara yang lain terus diarahkan dan diorientasikan kearah suatu struktur pemerintahan otoritarian dan secara relatif memiliki rangkaian orientasi pribadi yang pasif. Dengan demikian, terjadi perbedaan orientasi pada masyarakat, sebagian yang cenderung mendorong proses partisipasi aktif warga Negara, sebagian lain justru sebaliknya bersifat pasif.
Masyarakat dengan pola budaya itu, secara orientasi partisipan itu dapat mengubah karakter bagian dari budaya subjek. Hal itu karena dalam kondisi yang saling berebut pengaruh antara orientasi demokrasi dan otoritarian. Degan demikian, mereka harus mampu mengembangkan sebuah bentuk infra struktur politik mereka sendiri yang berbeda. Meskipun dalam beberapa hal tidak dapat menstransformasikan subkultur subjek kearah demokratis, mereka dapat mendorong terciptanya bentuk-bentuk perubahan.
c.       Kebudayaan parochial partisipan (The parochial Culture)
Budaya politik ini banyak didapati di negara-negara berkembang. Pada tatanan ini terlihat Negara-negara tersebut sedang giat melakukan pembangunan kebudayaan. Norma-norma yang biasanya diperkenalkan bersifat partisipatif, yang berusaha meraih keselarasan dan keseimbangan sehingga tentu mereka lebih banyak menuntut kultur partisipan.
Persoalannya ialah bagaimana dalam kondisi masyarakat yang sedang berkembang tersebut dapat dikembangkan orientasi terhadap masukan dan keluaran secara simultan. Pada kondisi ini sistem politik biasanya diliputi oleh transformasi parokial, satu pihak cenderung kearah otoritarianisme, sedangkan pihak lain kearah demokrasi. Struktur untuk bersandar tidak dapat terdiri atas kepentingan masyarakat, bahkan infrastrukturnya tidak berakar pada warga negara yang kompeten dan bertanggung jawab.

C.Jelaskan dengan alasan, bagaimana dalam kenyataan di dalam masyarakat terdapat munculnya budaya politik campuran parokial – partisipan
Budaya politik ini dapat muncul di masyarakat karena kurangnya sosialisasi politik kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena ada sebagian masyarakat yang pengetahuannya relatif rendah terutama pengetahuan tentang politik, tetapi ada sebagian masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran yang tinggi sebagai warga negara yang aktif dalam memberika perhatian terhadap sistem politik yang ada di negaranya. Hal ini menyebabkan didalam negara tersebut terjadi perpaduan antara budaya politik parokial dan partisipan. Sehingga dalam kenyataan tidak satupun negara yang memiliki budaya politik murni parokial, partisipan, dan subjek.

KESIMPULAN
1.)    Budaya politik Indonesia bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik partisipan dilain pihak; di satu segi masyarakat masih ketinggalan dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggungjawab politiknya yang mungkin disebabkan oleh isolasi dari kebudayaan luar, pengaruh penjajahan, feodalisme, bapakisme, ikatan primordial, sedang di lain pihak kaum elitnya sungguh-sungguh merupakan partisipan yang aktif, yang kira-kira disebabkan oleh pengaruh pendidikan modern, kadang-kadang bersifat sekuler dalam arti relatif dapat membedakan faktor-faktor penyebab disintegrasi seperti agama, kesukuan dan lainnya, dengan kata lain kebudayaan politik Indonesia merupakan “mixed political culture” yang diwarnai dengan besarnya pengaruh kebudayaan politik parokial-kaula.
Dengan sosialisasi politik yang tepat dapat meningkatkan pengetahuan politik masyarakat. Sehingga dengan meningkatnya pengetahuan politik masyarakat, akan meningkatkan pula partisipasi politik masyarakat. Hal ini dapat merubah budaya politik masyarakat yang selama ini lebih menundukkan diri pada penguasa. Serta masyarakat dapat lebih maksimal dalam menggunakan hak dan dalam memikul tanggungjawab politiknya.

2.)    Karena Budaya politik ini banyak didapati di negara-negara berkembang. Pada tatanan ini terlihat Negara-negara tersebut sedang giat melakukan pembangunan kebudayaan. Norma-norma yang biasanya diperkenalkan bersifat partisipatif, yang berusaha meraih keselarasan dan keseimbangan sehingga tentu mereka lebih banyak menuntut kultur partisipan.
Persoalannya ialah bagaimana dalam kondisi masyarakat yang sedang berkembang tersebut dapat dikembangkan orientasi terhadap masukan dan keluaran secara simultan. Pada kondisi ini sistem politik biasanya diliputi oleh transformasi parokial, satu pihak cenderung kearah otoritarianisme, sedangkan pihak lain kearah demokrasi. Struktur untuk bersandar tidak dapat terdiri atas kepentingan masyarakat, bahkan infrastrukturnya tidak berakar pada warga negara yang kompeten dan bertanggung jawab.


BudayaPolitikParokialKaula Dan Partisipan



Info Terbaru, budayapolitikdiklasifikasikanoleh Gabriel Almond dalamartikel yang Info Terbaru publish laluberjudul : [Macam-macambudayapolitik]
padaartikelsebelumnyatentangmacam-macambudayapolitiksudahdijelaskanpengertiannyasatupersatudanistilahdalambahasainggrisnya. Dan padaartikellanjutan kali iniakanmembahastentangciri-ciribudayapolitikparokial, kauladanpartisipan.
ciri-ciri budaya politik parokial, ciri-ciri budaya politik kaula, ciri-ciri budaya politik partisipan.
Ciri-ciriMasyarakat (orang) denganbudayapolitikParokial, antaralain :
  • Apatis;
  • Pengetahuanpolitikrendah;
  • kesadarandalamberpolitikrendah;
  • Tidakpedulidanmenarikdiridarikehidupanpolitik.
Ciri-ciriMasyarakat (Orang) denganbudayapolitikkaula, antaralain :
  • Memilikipengetahuandalambidangpolitik yang cukup;
  • Partisipasipolitik minim;
  • Kesadarandalamberpolitikrendah.
Ciri-ciriMasyarakat (Orang) denganbudayapolitkkpartispan, antaralain :
  • Pengetahuantentangpolitktinggi;
  • kesadarandalamberpolitiktinggi;
  • Partisipasidalamberpolitikaktif;
  • KontrolPolitikaktif.
Sekianartikel kali ini yang membahastentangciri-ciribudayapolitikparokial, ciri-ciribudayapolitikkaula, danciri-ciribudayapolitikpartisipan.
semogasedikitartikelinibermanfaatbagiandasemua.
Silahkanbacajuga yang lainnya di kategori :Pengetahuan

BUDAYA POLITIK PARTISIPAN


Partisipan
Frekuensiorientasipolitiksistemsebagaiobyekumum, obyek-obyek inputoutput, danpribadisebagaipartisipanaktifmendekatisatu.
Bentukkulturdimanaanggota-anggotamasyarakatcenderungdiorientasikansecaraeksplisitterhadapsistempolitiksecarakomprehensifdanterhadapstrukturdan proses politiksertaadministratif (aspek inputdan output sistempolitik)
Anggotamasyarakatpartisipatifterhadapobyekpolitik
Masyarakatberperansebagaiaktivis.
     
Ciriciriwarga yang berbudayapolitikpartisipan,antara lain sebagaiberikut:
        1.Warga memilikipengetahuandankepekaan yang cukupterhadapisuissumengenaikehidupanpolitiknegaranya.
         2.wargamampubersikapterhadapmasalahatauisupolitikbaiksikap yang mendukungataumenerimamaupunsikap yang menolak

Budayapartisipanyaitubudayadimanamasyarakatsangataktifdalamkehidupanpolitik, danmasyarakat yang bersangkutansudahrelatifmajubaiksosialmaupunekonomi, tetapimasihbersifatpasif.
Contohbudayapolitikpartisipaniniantara lain adalahperansertamasyarakatdalampengembanganbudayapolitik yang sesuaidengantatanilaibudayabangsa Indonesia.
Dalamkehidupannyatatidakadasatupunnegara yang memilikibudayapolitikmurnipartisipan, melainkanterdapatvariasicampuran di antaratipe-tipepartisipan, pariokalatausubyek, ketiganyamenurut para ahlitervariasikedalamtigabentukbudayapolitik, yaitu :
a. Budayapolitiksubyek-parokial (the parochial- subject culture)
b. Budayapolitiksubyek-partisipan (the subject-participant culture)
c. Budayapolitikparokial-partisipan (the parochial-participant culture)
Budayapartisipanadalahbudayadimanamasyarakatsangataktifdalamkehidupanpolitik. Masyarakatdenganbudayapolitikpartisipasi, memilikiorientasi yang secaraeksplisitditujukankepadasistemsecarakeseluruhan, bahkanterhadapstruktur, proses politikdanadministratif. Tegasnyaterhadap input maupun output darisistempolitikitu. Dalambudayapolitikituseseorangatau orang lain dianggapsebagaianggotaaktifdalamkehidupanpolitik, masyarakatjugamerealisasidanmempergunakanhak-hakpolitiknya. Dengandemikian, masyarakatdalambudayapolitikpartsipantidaklahmenerimabegitusajakeputusanpolitik. Hal itukarenamasyarakattelahsadarbahwabetapakecilnyamerekadalamsistempolitik, meskipuntetapmemilikiartibagiberlangsungnyasistemitu.

BaguskarenaDengankeadaaninimasyarakatmemilikikesadaransebagaitotalitas, masukan, keluarandalamkonstelasisistempolitik yang ada. Anggota-anggotamasyarakatpartisipatifdiarahkanpadaperananpribadisebagaiaktivitasmasyarakat, meskipunsebenarnyadimungkinkanmerekamenolakataumenerima.
budpolpartisipanadl:
-tipebudpol yang ideal
-individu&masyarakatnyatelahmempunyaiperhatian, kesadaran, danminatygtinggiterhadappolitikpemerintah
-individu&masyarakatnyamampumemainkanperanpolitikbaikdalam proses input (pemberiandukungan/tuntutanterhadapsistempolitik) maupundalam proses output (melaksanakan, menilai, danmengkritikterhadapkebijakan&keputusanpolitikpemerintah.....

TipebudayaPolitik :
Tipeparokial
( PAROCHIAL  POLITICAL  CULTURE )
Tipebudayapolitik yang orientasipolitikindividudanmasyarakatnyamasihsangatrendah.  Hanyaterbataspadasatuwilayahataulingkup yang kecilatausempit.
Individutidakmengharapkanapapundarisistempolitik.
Tidakadaperananpolitik yang bersifatkhasdanberdirisendiri.
Biasanyaterdapatpadamasyarakattradisional

TipePartisipan
(PARTICIPANT  POLITICAL  CULTURE )
Merupakantipebudaya yang ideal.
Individudanmasyarakatnyatelahmempunyaiperhatian, kesadarandanminat yang tinggiterhadappolitikpemerintah.
Individudanmasyarakatnyamampumemainkanperanpolitikbaikdalam proses input (berupapemberiandukunganatautuntutanterhadapsistempolitik) maupundalam proses output (melaksanakan, menilaidanmengkritikterhadapkebijakandankeputusanpolitikpemerintah).

Kesimpulan:
Budayapolitikinidapatmuncul di masyarakatkarenakurangnyasosialisasipolitikkepadamasyarakat. Hal inidisebabkankarenaadasebagianmasyarakat yang pengetahuannyarelatifrendahterutamapengetahuantentangpolitik, tetapiadasebagianmasyarakat yang memilikipengetahuandankesadaran yang tinggisebagaiwarganegara yang aktifdalammemberikaperhatianterhadapsistempolitik yang ada di negaranya. Hal inimenyebabkandidalamnegaratersebutterjadiperpaduanantarabudayapolitikparokialdanpartisipan. Sehinggadalamkenyataantidaksatupunnegara yang memilikibudayapolitikmurniparokial, partisipan, dansubjek.
Karena Budaya politik ini banyak didapati di negara-negara berkembang. Pada tatanan ini terlihat Negara-negara tersebut sedang giat melakukan pembangunan kebudayaan. Norma-norma yang biasanya diperkenalkan bersifat partisipatif, yang berusaha meraih keselarasan dan keseimbangan sehingga tentu mereka lebih banyak menuntut kultur partisipan.
Persoalannya ialah bagaimana dalam kondisi masyarakat yang sedang berkembang tersebut dapat dikembangkan orientasi terhadap masukan dan keluaran secara simultan. Pada kondisi ini sistem politik biasanya diliputi oleh transformasi parokial, satu pihak cenderung kearah otoritarianisme, sedangkan pihak lain kearah demokrasi. Struktur untuk bersandar tidak dapat terdiri atas kepentingan masyarakat, bahkan infrastrukturnya tidak berakar pada warga negara yang kompeten dan bertanggung jawab.

Friday, 30 May 2014

Persamaan Reaksi dan Rumus Kimia, Tata Nama, Senyawa, Contoh Soal

Persamaan Reaksi dan Rumus Kimia, Tata Nama, Senyawa, Contoh Soal


Persamaan Reaksi dan Rumus Kimia, Tata Nama, Senyawa, Contoh Soal - Kajian utama ilmu Kimia adalah memahami perubahan materi atau reaksi kimia. Agar reaksi kimia mudah dipelajari, perlu dinyatakan dalam bentuk persamaan. Ungkapan reaksi kimia dalam bentuk persamaan disebut persamaan kimia atau reaksi kimia. Suatu persamaan kimia dinyatakan dengan rumus kimia yang ditulis dengan lambang unsurnya. Oleh karena itu, perlu diketahui lambang unsur dan tata nama dari suatu senyawa. Bagaimanakah cara memberi nama suatu senyawa kimia? Bagaimana pula cara menuliskan persamaan kimia? Pertanyaan tersebut dapat Anda jawab jika Anda mempelajari uraian pada bab ini dengan baik.
A. Tata Nama Senyawa Kimia
Setiap hari selalu ditemukan senyawa baru, baik hasil sintesis di laboratorium maupun hasil isolasi dari bahan alam. Jika senyawa baru yang ditemukan sederhana, namanya disesuaikan dengan aturan, tetapi jika senyawa itu kompleks, biasanya didasarkan pada asal bahan atau dihubungkan dengan sifat senyawanya. Penamaan senyawa diatur oleh IUPAC berdasarkan hasil kesepakatan para ilmuwan sedunia, bertujuan agar nama senyawa di seluruh negara sama.Terdapat dua kelompok besar senyawa, yaitu senyawa anorganik dan senyawa organik.
1. Tata Nama Senyawa Anorganik
Senyawa anorganik adalah golongan senyawa yang tersusun dari unsur-unsur yang tidak mengandung atom karbon organik. Umumnya senyawa anorganik relatif sederhana dan dikelompokkan ke dalam senyawa biner dan senyawa poliatom.
a. Tata Nama Senyawa Biner
Senyawa biner adalah senyawa yang tersusun dari dua macam unsur. Penamaan senyawa ini didasarkan pada nama unsur pembentuknya yang ditulis secara berurutan sesuai penulisan rumus kimia (lambang senyawa) dan akhiran dari unsur keduanya diganti -ida.
Contoh:
Senyawa KCl tersusun dari unsur kalium dan klorin, namanya adalah kalium klorida. Senyawa Na2O tersusun dari unsur natrium dan oksigen, namanya adalah natrium oksida.
Jika dua unsur dapat membentuk lebih dari satu senyawa, seperti NO, NO2, dan N2O4  penambahan kata 'ida' tidak cukup sebab akan muncul senyawa dengan nama yang sama. Untuk kasus ini, nama senyawa ditambah dengan kata mono-(satu), di-(dua), tri-(tiga), atau tetra-(empat) yang menunjukkan jumlah unsur.

Contoh :

NO = nitrogen monoksida
NO2 = nitrogen dioksida
N2O4 = dinitrogen tetraoksida atau nitrogen tetraoksida
Contoh Soal Tata Nama Senyawa Biner (1) :

Tuliskan nama senyawa berikut.
a. P2O
b. P2O5
c. P4O10
Jawaban :
Oleh karena ada tiga senyawa yang tersusun atas unsur yang sama maka nama senyawanya ditambahkan kata depan yang sesuai dengan bilangan unsur penyusun senyawa itu.

a. Difosfor trioksida
b. Difosfor pentoksida
c. Tetrafosfor dekoksida

Kata depan di- dan tetra- boleh tidak dipakai sebab tidak menimbulkan nama sama. Jadi, untuk ketiga nama senyawa itu dapat di tulis:

a. Fosfor trioksida
b. Fosfor pentoksida
c. Fosfor dekoksida
b. Tata Nama Senyawa Poliatom

Senyawa yang tersusun lebih dari dua unsur digolongkan sebagai senyawa poliatom, seperti Ca(ClO)2 atau kaporit, NaCO3 (soda kue), dan H2SO4 (asam sulfat). Senyawa poliatom umumnya mengandung oksigen. Tata nama senyawa poliatom yang mengandung oksigen didasarkan pada jumlah atom oksigen yang dikandungnya. Senyawa yang mengandung jumlah oksigen paling banyak diberi akhiran -at, sedangkan yang paling sedikit diberi akhiran -it.

Contoh :

Na2SO4 (natrium sulfat), Na2SO3 (natrium sulfit), KClO3 (kalium klorat), KClO2 (kalium klorit).

Tata nama senyawa tersebut tidak memadai setelah ditemukan senyawa yang mengandung atom oksigen lebih banyak atau lebih sedikit dari senyawa tersebut. Untuk itu, senyawa yang mengandung atom oksigen lebih banyak lagi diberi awalan per-, sedangkan senyawa yang lebih sedikit dari contoh senyawa di atas diberi awalan hipo-.
Contoh :

KClO4 dinamakan kalium perklorat
KClO3 dinamakan kalium klorat
KClO2 dinamakan kalium klorit
KClO dinamakan kalium hipoklorit

Terdapat nama senyawa yang tidak mengikuti aturan IUPAC disebabkan namanya sudah umum (trivial). Beberapa contoh nama trivial senyawa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa Nama Senyawa Secara Trivial
NH3
amonia
KAl(SO4)2
tawas
H2O
air
Hg2Cl2
kalomel
FeS
ferit
N2H4
hidrazin
Catatan :
Urutan nama senyawa biner :

Lima (penta-)
Enam (heksa)
Tujuh (hepta-)
Delapan (okta-)
Sembilan (nona-)
Sepuluh (deka-)
2. Tata Nama Senyawa Organik

Senyawa organik adalah senyawa yang mengandung atom karbon, kecuali CO, CO2, CN, dan ion CO3 2– tergolong senyawa anorganik. Senyawa organik diklasifikasikan ke dalam senyawa hidrokarbon dan turunan hidrokarbon. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang hanya terdiri atas atom karbon dan hidrogen. Senyawa hidrokarbon digolongkan ke dalam alkana, alkena, dan alkuna.

Catatan :

Dalam senyawa organik, atom karbon dapat mengikat atom karbon yang lain membentuk rantai sangat panjang atau bercabang, seperti:

CH3 = CH2 = CH2 = CH2 = CH2 = CH3

Atau, 
ikatan rantai atom karbon

Alkana adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan kovalen tunggal di antara atom-atom karbonnya. Alkena mengandung ikatan kovalen rangkap dua karbon-karbon, sedangkan alkuna mengandung ikatan kovalen rangkap tiga karbon-karbon (perhatikan Gambar 1).
Struktur molekul senyawa hidrokarbon: alkana, alkena, dan alkuna
Gambar 1. Struktur molekul senyawa hidrokarbon: alkana, alkena, dan alkuna.
a. Tata Nama Alkana

Senyawa alkana paling sederhana adalah metana (CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), dan butana (C4H10). Keempat nama senyawa ini sudah dikenal umum (trivial). Senyawa alkana lain dengan jumlah atom karbon lebih tinggi dari keempat alkana itu diberi nama berdasarkan aturan IUPAC dengan menambahkan akhiran -ana.

Contoh:

C5H12 dinamakan pentana (penta: lima)
C6H12 dinamakan heksana (heksa: enam)
C7H14 dinamakan heptana (hepta: tujuh)

b. Tata Nama Alkena dan Alkuna

Tata nama senyawa golongan alkena sama seperti pada alkana, hanya akhiran -ana diganti dengan -ena.

Contoh :

C2H4 dinamakan etena
C3H6 dinamakan propena

Tata nama senyawa golongan alkuna juga tidak berbeda dengan alkana atau alkena, tetapi akhirannya menjadi -una.

Contoh :

C2H2 dinamakan etuna
C3H4 dinamakan propuna

Untuk tata nama senyawa yang mengandung atom karbon lebih banyak seperti alkena dan alkuna, perlu diketahui posisi ikatan rangkapnya. Posisi ikatan rangkap dalam alkena dan alkuna adalah pada atom karbon dengan nomor urut terkecil.

Contoh :

1. CH3=CH–CH2–CH2–CH3 dinamakan 1-pentena
2. CH3–CH2–CH=CH–CH2–CH3 dinamakan 3-heksena
3. CH≡ C–CH2–CH2–CH2–CH3 dinamakan 1-heksuna
4. CH3–C ≡ C–CH2–CH2–CH2–CH3 dinamakan 2-heptuna
Catatan :
Dalam senyawa organik, atom karbon dapat mengikat atom karbon yang lain membentuk rantai sangat panjang atau bercabang, seperti:
Contoh Soal Tata Nama Senyawa Organik (2) :

Tuliskan nama senyawa organik berikut.

a. CH3–CH2–CH2–CH2–CH=CH2
b. CH3–C ≡ C–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH2–CH3

Pembahasan :

Kedudukan ikatan rangkap dalam alkena dan alkuna diposisikan pada nomor urut terkecil. Pada soal (a) memiliki ikatan rangkap dua sehingga senyawanya tergolong alkena. Pada soal (b) memiliki ikatan rangkap tiga (suatu alkuna). Jumlah atom karbon pada (a) sebanyak 6 (heksa-) dan pada (b) sebanyak 10 (deka). Jadi, nama senyawa itu adalah

a. 1-heksena
b. 2-dekuna
B. Rumus Kimia

Pada pembahasan sebelumnya, semua senyawa dituliskan menggunakan lambang yang menunjukkan jenis dan komposisi unsur penyusunnya. Lambang senyawa seperti itu dinamakan rumus kimia atau formula.

Rumus kimia didefinisikan sebagai rumus suatu zat yang menggunakan lambang dan jumlah atom-atom unsur penyusun senyawa. Dalam rumus kimia, bilangan yang menyatakan jumlah unsur ditulis dalam bentuk indeks bawah (tikalas) setelah lambang unsurnya.

1. Rumus Empirik dan Rumus Molekul

Untuk menentukan rumus molekul suatu senyawa dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama, menentukan unsur-unsur yang terkandung dalam senyawa dan komposisinya. Temuan yang diperoleh dinamakan rumus empirik. Tahap kedua, menentukan massa molekul relatifnya.
Rumus empirik adalah rumus paling sederhana dari suatu molekul, yang hanya menunjukkan jenis dan perbandingan terkecil dari unsur yang menyusun senyawa itu.

Contoh :

Rumus empirik etena adalah CH2. Rumus sesungguhnya dari etena adalah C2H4.
Rumus empirik amonia adalah NH3. Rumus sesungguhnya dari amonia juga NH3.

Untuk senyawa berupa molekul(molekuler), penting diketahui berapa jumlah atom sesungguhnya yang terdapat dalam setiap molekul. Hal ini dapat diketahui setelah massa molekul relatif dari molekul ditentukan.
2. Massa Molekul Relatif

Apa yang dimaksud dengan massa molekul relatif? Massa molekul relatif ditentukan di laboratorium dengan berbagai metode atau dapat juga dihitung dari massa atom relatif jika jumlah dan jenis unsurnya diketahui. Massa molekul relatif disingkat dengan Mr. Tinjau molekul amonia dengan rumus molekul NH3 . Dalam molekul ini terkandung satu atom nitrogen dan tiga atom hidrogen. Jika Ar N = 14 sma dan Ar H = 1 sma maka rumus molekul relatif NH3 = 17 sma atau Mr NH3 = 17 sma.
Contoh Soal Menentukan Massa Molekul Relatif (3) :

Berapakah massa molekul relatif: CH4, H2O, C2H4 ?
Diketahui Ar C = 12; H = 1; O = 16

Penyelesaian :

Massa molekul relatif adalah jumlah massa atom relatif unsur-unsur penyusun molekul.

Dalam CH4 terdapat 1 atom C dan 4 atom H.

Mr CH4 = Ar C + 4. Ar H
Mr CH4 = 12 + 4 = 16

Mr H2O = 2. Ar H + Ar O
Mr H2O = 2 + 16 = 18

Mr C2H4 = 2. Ar C + 4 Ar H
Mr H2O   = 24 + 4 = 28
Contoh Soal Menentukan Rumus Molekul (4) :

Pada hasil penelitian diketahui bahwa suatu molekul memiliki rumus empirik CH. Jika Mr zat itu 26, tentukan rumus molekulnya.

Jawaban :

Rumus molekul (RM) adalah kelipatan dari rumus empirik (RE) atau RM = (RE)n

Mr = (Ar C + Ar H)n = (12 + 1)n =26
n = 2

Jadi, rumus molekulnya adalah C2H2.
Contoh Soal Ebtanas: 1995–1996 :

Dari tabel kation dan anion di bawah ini;

Kation
Anion
K+
Na+
Ba2+
Fe3+
Cl
SO4 2–
PO4 3–
CO3 2–

rumus senyawa yang benar adalah ....

A. KCO3
B. NaPO4
C. Ba(CO3)2
D. NaCl2
E. Fe2(SO4)3

Pembahasan :

A. Seharusnya: K2CO3
B. Seharusnya: Na3PO4
C. Seharusnya: BaCO3
D. Seharusnya: NaCl
E. Sudah benar: Fe2(SO4)3

3. Rumus Senyawa Ion

Senyawa ion dibentuk melalui serah-terima elektron menghasilkan kation dan anion. Dalam senyawa ion, jumlah muatan kation harus sama dengan muatan anion agar dihasilkan senyawa netral secara listrik. Tinjau senyawa NaCl. Ion Na+ memiliki muatan positif satu dan ion Cl memiliki muatan negatif satu sehingga rumus kimianya NaCl.
Struktur molekul CH4 kristal NaCl
Gambar 2.(a) Struktur molekul CH4 atau senyawa molekuler (b) Struktur kristal NaCl atau senyawa ion.
Tinjau senyawa Na2SO4. Dalam senyawa ini, ion Na+ bermuatan satu, sedangkan ion SO4 2– muatannya dua. Agar senyawa yang dibentuk netral maka diperlukan dua ion natrium untuk ion sulfat. Jadi, rumus kimia
dari natrium sulfat adalah Na2SO4. Dalam Al2(SO4)3  ion aluminium bermuatan 3+ (Al3+) dan ion sulfat bermuatan 2– (SO4 2–)  Agar senyawa yang terbentuk netral maka ion aluminium dikalikan muatan ion sulfat dan sebaliknya sehingga rumus kimianya adalah Al2(SO4)3  Untuk menentukan rumus kimia dari ionion perlu diperhatikan hal-hal berikut.

a. Tuliskan nama senyawa ionnya.
b. Tuliskan ion-ion yang terlibat.
c. Setarakan muatan positif dan negatif.
d. Tuliskan rumus kimia tanpa muatan.
Tabel 2. Muatan Total Ion dalam Senyawa
Ion dan senyawa
Na+ Na+
CO3 2–
Na2CO3
Muatan Total
2+
2–
0
Ion dan senyawa
Al3+ Al3+
SO4 2–
SO4 2–
SO4 2–
Al2(SO4)3
Muatan  Total
6+
6–
0
Pada Tabel 3. disajikan beberapa rumus kimia dari senyawa ion beserta nama dan muatan ionnya.
Tabel 3. Rumus Kimia Senyawa Ion
Nama Senyawa
Ion
Rumus Kimia
Positif
Negatif
Natrium hidroksida
Na+
OH
NaOH
Kalium nitrat
K+
NO3
KNO3
Amonium sulfat
NH4 +
SO4 2–
(NH4)2SO4
Kalsium karbonat
Ca2+
CO3 2–
CaCO3
Kalsium bikarbonat
Ca2+
HCO3
Ca(HCO3)2
Magnesium klorida
Mg2+
Cl
MgCl2
Contoh Soal Menuliskan Rumus Kimia dari Senyawa Ion (5) :

a. Logam magnesium dicelupkan ke dalam asam sulfat hingga terbentuk magnesium sulfat. Tuliskan rumus kimianya.
b. Na3PO4 adalah senyawa ion yang banyak digunakan sebagai pupuk. Ion-ion apa yang menyusun senyawa itu? Tuliskan nama senyawanya.

Jawaban :

a. Magnesium sulfat adalah senyawa ion, terdiri atas ion Mg2+ dan ion SO4 2– . Kedua ion muatannya sama. Jadi, rumus kimianya MgSO4.
b. Na3PO4 tersusun atas ion Na+ dan ion PO4 3– maka nama senyawa ion tersebut adalah natrium fosfat.
Senyawa ion berbeda dengan senyawa molekuler. Umumnya senyawa molekuler berupa molekul sebagaimana tersirat dalam rumus kimianya. Adapun senyawa ion membentuk struktur kristal yang sangat besar, tersusun dari kation dan anion secara bergantian. Bagaimana menentukan massa molekul relatif dari senyawa ion? Menentukan massa molekul relatif senyawa ion diambil dari rumus empiriknya.

Contoh :

Walaupun kristal NaCl tersusun dari jutaan ion Na+ dan Cl, massa molekul relatifnya ditentukan dari satuan rumusnya, yaitu NaCl. Jadi, massa rumus relatif NaCl = Ar Na + Ar Cl = 58,5 sma.
C. Persamaan Kimia

Kajian utama dalam ilmu Kimia adalah mempelajari perubahan materi atau reaksi kimia. Agar reaksi kimia yang terjadi mudah dikomunikasikan, digunakan lambang dan zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia yang dinyatakan dalam bentuk persamaan kimia atau persamaan reaksi.

1. Persamaan Reaksi

Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan menggunakan rumus kimia. Dalam reaksi kimia terdapat zat-zat pereaksi dan zat-zat hasil reaksi. Dalam menuliskan persamaan reaksi, rumus kimia pereaksi dituliskan di ruas kiri dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di ruas kanan. Antara kedua ruas itu dihubungkan dengan anak panah ( → ) yang menyatakan arah reaksi kimia.

Contoh :

Logam magnesium bereaksi dengan gas klorin membentuk magnesium klorida. Tuliskan persamaan reaksinya.

Persamaan reaksinya adalah Mg + Cl2 → MgCl2

2. Menyetarakan Persamaan Reaksi

Tinjau reaksi antara logam natrium dan gas klorin. Berdasarkan percobaan, dalam reaksi tersebut dihasilkan natrium klorida dengan rumus kimia NaCl. Bagaimana persamaan reaksinya?

Penulisan persamaan reaksi harus tunduk pada hukum-hukum dasar :

• Hukum kekekalan massa (jumlah zat)
• Hukum perbandingan tetap (rumus kimia)
• Sifat-sifat listrik (muatan)

Suatu persamaan reaksi dikatakan benar jika memenuhi hukum kimia, yaitu zat-zat yang terlibat dalam reaksi harus setara, baik jumlah zat maupun muatannya. Sebelum menuliskan persamaan reaksi yang benar, tuliskan dulu persamaan kerangkanya. Persamaan kerangka untuk reaksi ini adalah

Na + Cl2 → NaCl

Apakah persamaan sudah setara jumlah atomnya? Persamaan tersebut belum setara sebab pada hasil reaksi ada satu atom klorin, sedangkan pada pereaksi ada dua atom klorin dalam bentuk molekul Cl2. Untuk menyetarakan persamaan reaksi, manakah cara berikut yang benar?

a. Mengubah pereaksi menjadi atom klorin, persamaan menjadi:

Na + Cl → NaCI

b. Mengubah hasil reaksi menjadi NaCl2 , dan persamaan menjadi:

Na + Cl2 → NaCl2

Kedua persamaan tampak setara, tetapi kedua cara tersebut tidak benar, sebab mengubah fakta hasil percobaan.

Gas klorin yang direaksikan berupa molekul diatom sehingga harus tetap sebagai molekul diatom. Demikian pula hasil reaksinya berupa NaCl bukan NaCl2. Jadi, kedua persamaan reaksi tersebut tidak sesuai Hukum Perbandingan Tetap.

Cara yang benar untuk menyetarakan persamaan reaksi adalah dengan menambahkan bilangan di depan setiap rumus kimia dengan angka yang sesuai. Bilangan yang ditambahkan ini dinamakan koefisien reaksi. Jadi, cara yang benar untuk menyetarakan persamaan reaksi adalah dengan cara menentukan nilai koefisien reaksi. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Oleh karena ada dua atom Cl yang bereaksi maka bubuhkan angka 2 di depan NaCl. Persamaan kerangka menjadi:

Na + Cl2 2NaCl

b. Jumlah atom Cl di sebelah kiri dan kanan persamaan sudah setara (ruas kiri dan kanan mengandung 2 atom Cl).

c. Di ruas kanan jumlah atom Na menjadi 2, sedangkan ruas kiri hanya 1 atom. Untuk menyetarakannya, tambahkan angka 2 di depan lambang unsur Na sehingga persamaan menjadi:

2Na + Cl2 2NaCl

Dengan cara seperti itu, jumlah atom di ruas kiri sama dengan di ruas kanan. Dengan demikian, persamaan reaksi sudah setara.
Catatan :
Penulisan persamaan reaksi harus tunduk pada hukum-hukum dasar:

• Hukum kekekalan massa (jumlah zat)
• Hukum perbandingan tetap (rumus kimia)
• Sifat-sifat listrik (muatan)
Sekilas Kimia
Antoine Lavoisier
(1743–1794)
Antoine Lavoisier
Lavoisier, mengemukakan prinsip kekekalan materi pada 1789. Lavoisier adalah orang pertama yang menunjukkan prinsip ini secara giat.
Persamaan reaksi tersebut belum lengkap sebab belum mencantumkan wujud atau fasa zat yang terlibat dalam reaksi kimia. Menurut aturan IUPAC, penulisan fasa atau wujud zat dalam persamaan reaksi sejajar dengan rumus kimianya. Adapun aturan lama fasa dituliskan sebagai indeks bawah. Untuk melengkapinya, gunakan lambang-lambang berikut.

a. Tambahkan huruf (g), singkatan dari gas untuk zat berupa gas.
b. Tambahkan huruf (l), singkatan dari liquid untuk zat berupa cair.
c. Tambahkan huruf (s), singkatan dari solid untuk zat berupa padat.
d. Tambahkan huruf (aq), singkatan dari aqueous untuk zat berupa larutan.

Dengan demikian, persamaan reaksi tersebut dapat ditulis secara lengkap menjadi:
2Na(s) + Cl2(g) → 2NaCl(s)
Berikut ini beberapa persamaan reaksi kimia yang sudah setara dan lengkap.
Persamaan Reaksi :
Na2O(s) + SO3(g ) → Na2SO4(s)
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
NaHCO3(s) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Contoh Soal Menyetarakan Persamaan Reaksi Sederhana (6) :

Gas nitrogen bereaksi dengan gas oksigen menjadi gas dinitrogen tetroksida. Tuliskan persamaan reaksinya.

Penyelesaian :
Langkah I : tuliskan persamaan kerangkanya.

N2 + O2 → N2O4
Langkah II: setarakan persamaan kerangka dengan menentukan koefisien reaksinya.
Atom
Ruas Kiri
Ruas Kanan
Penyetaraan
O
2
4
Ruas kiri × 2
N
2
2
Persamaan reaksinya menjadi : N2 + 2O2 → N2O4

Periksa apakah jumlah atom pada kedua ruas sama. Jika sudah setara, lengkapi fasanya.

N2(g) + 2O2(g) → N2O4(g)
Contoh soal Menyetarakan Persamaan Reaksi Agak Rumit (7) :

Gas butana, C4H10 digunakan sebagai bahan bakar untuk kompor gas. Tuliskan persamaan reaksi pembakarannya.

Pembahasan :

Pembakaran artinya mereaksikan zat dengan gas oksigen. Jika pembakaran sempurna akan terbentuk gas karbon dioksida dan uap air.

Persamaan kerangkanya:

C4H10 + O2 → CO2 + H2O

Setarakan dulu atom yang tidak sering muncul. Dalam hal ini adalah C atau H sehingga dapat disetarakan bersamaan.

Jika C dan H sudah setara, selanjutnya adalah menyetarakan atom O yang sering muncul.

C : C4H10 + O2 → 4CO2 + H2O

Penyetaraan H : C4H10 + O2 → 4CO2 + 5H2O

Penyetaraan O : C4H10 + 13/2 O2 → 4CO2 + 5H2O

Untuk menyatakan persamaan reaksi, koefisien harus bilangan bulat (kecuali untuk perhitungan).

Jadi, persamaan reaksi pembakaran gas butana:
2C4H10(g) + 13O2(g) → 8CO2(g) + 10H2O(g)

Periksa apakah persamaan sudah setara?
Atom
Ruas Kiri
Ruas Kanan
C
8
8
H
20
20
O
26
16 + 10
Jadi, persamaan di atas sudah setara.

Contoh soal Ebtanas 2000 :

Pada reaksi:

a Cl2 + b NaOH → c NaCl + d NaClO + e H2O

Harga a, b, c, d, dan e berturut-turut adalah ....

A. 1, 2, 2, 5, 6
B. 3, 3, 1, 5, 6
C. 1, 2, 1, 1, 1
D. 3, 1, 3, 5, 6
E. 3, 5, 3, 1, 6

Pembahasan :

Setarakan dulu atom yang tidak sering muncul, yaitu H. Kemudian, menyetarakan atom Na, O, dan Cl yang sering muncul.

Penyetaraan H :

Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O

Perhatikan jumlah atom pada kedua ruas sama.

Atom
Ruas Kiri
Ruas Kanan
Na
2
1 + 1
H
2
2
O
2
1 + 1
Cl
2
1 + 1

Semua atom yang terlibat dalam persamaan reaksi di atas sudah setara sehingga tidak perlu lagi merubah koefisien reaksi atom lain. Jadi, persamaan reaksinya:

Cl2 + 2NaOH → NaCl + NaClO + H2O

Harga a, b, c, d, dan e berturut-turut adalah 1, 2, 1, 1, 1 (C)
3. Contoh-Contoh Reaksi

a. Reaksi Penguraian

Reaksi penguraian adalah suatu reaksi senyawa tunggal terurai menjadi dua atau lebih zat yang baru.

Contoh:

Jika amonium klorida dipanaskan maka akan terurai menjadi amonia dan asam klorida. Persamaan reaksinya:
NH4Cl(s) → NH3(g) + HCl(g)
b. Reaksi Penggabungan

Reaksi penggabungan adalah reaksi dimana dua buah zat atau lebih bergabung membentuk satu jenis zat yang baru.

Contoh :

Di atmosfir gas nitrogen dan gas hidrogen dapat bereaksi membentuk amonia dengan bantuan petir. Persamaan reaksinya:
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
c. Reaksi Pendesakan
Reaksi pendesakan atau disebut juga reaksi pertukaran tunggal adalah reaksi dimana suatu unsur menggantikan posisi unsur lain dalam suatu senyawa.

Contoh :

Jika logam seng dicelupkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat akan menggantikan posisi tembaga. Persamaan reaksinya:
Zn(s) + CuSO4(aq) → Cu(s) + ZnSO4(aq)
d. Reaksi Metatesis

Reaksi metatesis atau reaksi pertukaran ganda adalah reaksi kimia yang melibatkan pertukaran antar ion-ion dalam senyawa yang bereaksi.

Contoh :

Larutan natrium sulfat bereaksi dengan barium nitrat membentuk endapan putih dari barium sulfat. Persamaan reaksinya:
Na2SO4(aq) + Ba(NO3)2(aq) → 2NaNO3(aq) + BaSO4(s)
Contoh Soal Penggolongan Reaksi (8) :

Golongkan reaksi berikut menurut jenisnya:

a. 2KClO3(s) → 2KCl(s) + 3O2(g)
b. 2Na(s) + H2SO4(g) → Na2SO4(aq) + H2(g)
c. 2NaI(aq) + Cl2(g) → 2NaCl(aq) + I2(aq)

Jawaban :

a. Reaksi penguraian
b. Reaksi pendesakan
c. Reaksi metatesis

Pupuk Kimia

Pupuk nitrogen mengandung garam nitrat (NO3 ), garam amonium (NH4+) dan senyawa lainnya. Tanaman dapat menyerap langsung nitrogen dalam bentuk nitrat, tetapi garam amonium dan amonia (NH3) harus dikonversikan dulu menjadi nitrat melalui kerja bakteri tanah. Bahan dasar pupuk nitrogen adalah amonium yang dibuat dari reaksi penggabungan antara hidrogen dan nitrogen

3H2(g) + N2(g) → 2NH3(g)

Dalam bentuk cairnya, amonia dapat terserap langsung dalam tanah.
Rangkuman :
  1. Tata nama senyawa biner dilakukan dengan cara menuliskan nama kedua unsur pembentuknya secara berurutan sesuai dengan urutan penulisan pada rumus kimia, ditambah akhiran ‘ida’ pada nama unsur kedua.
  2. Tata nama senyawa poliatom yang mengandung oksigen didasarkan pada jumlah atom oksigen. Jumlah atom oksigen paling banyak diberi akhiran ‘at’, sedangkan yang sedikit diberi akhiran ‘it’.
  3. Tata nama senyawa organik didasarkan pada jumlah atom karbonnya dan diberi akhiran ‘ana’ untuk senyawa ikatan tunggal, ‘ena’ untuk senyawa berikatan rangkap dua, dan ‘una’ untuk senyawa rangkap tiga.
  4. Dalam Ilmu Kimia, semua senyawa dituliskan menggunakan rumus (formula) kimia. Rumus kimia adalah ungkapan suatu zat menggunakan lambanglambang unsur pembentuk senyawa dan perbandingan relatif atom-atom unsur yang menyusun senyawa itu.
  5. Rumus kimia senyawa berupa molekul menunjukkan rumus molekul senyawa bersangkutan, yakni rumus yang menggambarkan jumlah dan jenis atom unsur yang membentuk molekul senyawa itu.
  6. Rumus kimia paling sederhana yang ditemukan secara percobaan di laboratorium dinamakan rumus empiris. Rumus kimia sesungguhnya merupakan kelipatan bilangan bulat dari rumus empirisnya.
  7. Rumus kimia senyawa ionik dinyatakan dengan satuan rumus, yaitu gugusan atom atau ion yang dilambangkan secara eksplisit di dalam rumus kimianya.
  8. Untuk menyatakan reaksi kimia yang terjadi, zat-zat yang terlibat dalam reaksi ditulis dalam bentuk persamaan kimia. Persamaan kimia menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang bereaksi dan jumlah zat-zat hasil reaksi. Penulisan zat tersebut menggunakan lambang unsur atau rumus kimia.
  9. Umumnya reaksi-reaksi kimia digolongkan menurut jenisnya, yaitu: (a) reaksi penggabungan; (b) reaksi penguraian; (c) reaksi pendesakan (reaksi pertukaran tunggal); dan (d) reaksi metatesis (reaksi pertukaran ganda).