Sunday, 8 December 2013
Alat gerak pasif
ALAT GERAK PASIF
Disusun Oleh:
Ahmad Fatoni Dwi Putra (01) & Lalu Ardani Aulia (17)
BIOLOGI
XI IPA 2
SMA NEGERI 1 PRAYA
A. Fungsi Tulang
Tulang merupakan jaringan ikat keras yang membentuk rangka sebagian besar Vertebrata, termasuk manusia. Beberapa fungsi penting yang dimiliki tulang antara lain sebagai penopang dan pemberi bentuk tubuh, sebagai alat gerak pasif, tempat melekatnya otot rangka, sebagai pelindung organ-organ vital tubuh, sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sebagai tempat cadangan mineral.
a. Tulang Sebagai Penopang dan Pemberi Bentuk Tubuh
Meskipun tampak rapuh, rangka mampu menopang atau memikul beban tubuh kita. Tanpa rangka, tubuh kita tidak ada bedanya dengan onggokan daging tanpa bentuk.
b. Tulang Sebagai Alat Gerak Pasif
Sebagai alat gerak pasif, tulang tidak dapat bergerak sendiri tanpa digerakkan oleh kontraksi otot. Otot merupakan alat gerak aktif yang melekat pada tulang.
c. Tulang Sebagai Pelindung Organ Organ Vital Tubuh
Tengkorak kepala misalnya, berfungsi sebagai kotak pelindung otak yang kuat. Sementara itu, tulang rusuk merupakan sangkar pelindung bagi jantung dan paru-paru.
d. Tulang Sebagai Tempat Pembentukan Sel Darah Merah
Pembentukan sel-sel darah merah terjadi di dalam sumsum tulang.
e. Tulang Sebagai Tempat Cadangan Mineral
Salah satu komponen penyusun tulang adalah kalsium dan fosfat. Jika suatu saat tubuh kekurangan kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang.
B. Jenis Jenis Tulang
Tubuh manusia disusun oleh rangka dalam (endoskeleton). Berdasarkan sifat-sifat jaringan penyusunnya, tulang rangka dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tulang rawan dan tulang keras.
1. Tulang Rawan (Kartilago)
Tulang rawan sering juga disebut Kartilago (tulang muda). Penyusun tulang rawan adalah sel-sel tulang rawan yang disebut kondrosit. Kondrosit terbentuk dari sel-sel tulang rawan muda (kondroblas). Setiap kondrosit terletak di dalam rongga kecil yang disebut lakuna. Lakuna ini dikelilingi oleh matriks tulang rawan yang berupa serabut elastin, serabut fibrosa dan serabut kolagen. Matriks tersebut disintesis oleh kondrosit. Tulang rawan bersifat lentur tetapi kuat.
Tulang rawan tidak memiliki pembuluh darah, kecuali tulang rawan pada persendian. Di ruang antarsel tulang rawan terdapat banyak zat perekat dan sedikit zat kapur. Berdasarkan kandungan matriksnya, tulang rawan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastis dan tulang rawan fibrosa.
a. Tualng Rawan Hilain
Tualng rawan hialin bersifat kuat dan elastis serta berwarna putih kebiru-biruan. Tulang rawan jenis ini paling banyak ditemukan di dalam tubuh, misalnya pada hidung, trakea, bronkus, laring, ujung tulang rusuk dan persendian. Matriks tulang rawan lebih banyak mengandung serabut elastin daripada serabut kolagen. Tulang rawan hialin juga merupakan penyusun rangka embrio yang akan berkembang menjadi tulang keras.
b. Tulang Rawan Elastis
Tulang rawan elastis bersifat fleksibel dan elastis serta berwarna kuning. Tulang rawan jenis ini terdapat pada daun telinga, epiglotis, saluran Eustachius dan laring. Tulang rawan ini bersifat lentur karena matriksnya banyak mengandung serabut elastin.
c. Tulang Rawan Fibrosa
Tualng rawan fibrosa (serat) bersifat keras dan berwarna putih. Matriks tulang rawan fibrosa mengandung banyak serabut kolagen yang bersifat padat dan kasar sehingga kuat, kaku dan sangat liat. Tulang rawan jenis ini dapat ditemukan pada persendian tulang belakang dan tulang tempurung lutut.
Pada anak-anak, tulang rawan berasal dari sel mesenkim dan mengandung banyak kondroblas. Pada orang dewasa tulang rawan mengandung banyak matriks. Tulang rawan pada orang dewasa dibentuk oleh perikondrium (selaput tulang rawan) yang mengandung kondroblas.
2. Tulang Keras (Osteon)
Tualng keras tersusun atas sel-sel tulang keras yang disebut osteosit. Osteosit juga terletak di dalam lakuna. Osteosit dibentuk oleh sel-sel osteoblas. Selain osteoblas, juga terdapat osteoklas, yaitu sel besar berinti banyak. Osteoklas bersifat mengikis tulang. Sekitar dua per tiga bagian matriks tulang keras terdiri atas berbagai mineral, seperti kalsium fosfat, kalsium klorida dan magnesium fosfat. Mineral-mineral tersebut menyebabkan tulang ini bersifat lebih keras dan kaku dibandingkan dengan tulang rawan serta mempu menahan sinar X. Adapun sepertiga bagian matriks tulang keras tersusun atas serabut kolagen yang menyebabkan sifat elastis dan mengurangi kerapuhan pada tulang.
Permukaan luar tualng keras dibungkus oleh membran yang disebut periosteum. Periosteum berfungsi melindungi tulang keras dan menyediakan tempat perlekatan bagi tendon dan ligamen. Periosteum menutupi hampir seluruh bagian tulang keras, kecuali pada bagian persambungan antartulang. Bagian yang disebut persendian ini ditutupi oleh kartilago yang lebih lunak. Perosteum mengandung banyak pembuluh darah, pembuluh limfa dan saraf. Kerusakan pada periosteum menyebabkan rasa sakit pada saat tulang patah. Pembuluh darah pada periosteum menyediakan nutrisi, oksigen dan mineral untuk menjaga agar tulang tetap sehat.
Tulang keras terutama berfungsi sebagai penyusun rangka tubuh. Berdasarkan strukturnya, tulang keras dibedakan menjadi tulang kompak dan tulang spons.
1. Tulang Kompak
Tualng kompak bersifat halus dan padat. Pada setiap batang tulang kompak terdapat sistem Havers. Di bagian tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang berisi pembuluh darah dan saraf. Setiap saluran Havers dikelilingi leh osteosit. Antarosteosit dihubungkan oleh suatu saluran kecil yang disebut kanalikuli. Di bagian tengah tulang kompak terdapat rongga yang berisi bahan seperti gel yang disebut sumsum. Sumsum tulang dapat berupa sumsum merah yang membentuk eritrosit dan leukosit, atau berupa sumsum kinung yang terdiri atas sel-sel lemak inaktif.
2. Tualng Spons
Tualng spons memiliki struktur berongga seperti sarang lebah dengan bobot lebih ringan dibandingkan dengan tulang kompak, namun tetap sangat kuat. Tulang spons tidak memiliki sistem Havers, tetapi rongga-rongga di dalamnya juga berisi sumsum. Tulang spons terdapat pada ujung tulang panjang. Rongga-rongga tulang spons pada tulang paha (femur), tulang lengan atas (humerus) dan tulang dada (sternum) berisi sumsum merah.
C. Bentuk Tulang
Berdasarkan bentuknya, tulang dapat dibedakan menjadi :
a. Tulang Pipa
Tulang pipa adalah suatu tabung tulang kompak dengan tulang spons di dalamnya. Sesuai dengan namanya, tulang ini berbentuk seperti pipa, yaitu bulat, panjang dan berongga. Rongga tulang pipa berisi sumsum kuning dan sumsum merah. Kedua ujungnya membulat dan terjadi perluasan yang berfungsi untuk berhubungan dengan tulang lain. Tulang pipa terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian ujung (epifisis), bagian tengah (diafisis) dan bagian antara epifisis dan diafisis yang disebut metafisis. Pada bagian metafisis terdapat cakra epifisis, yaitu bagian tulang pipa yang dapat bertambah panjang selama masa pertumbuhan. Pada anak-anak, cakra epifisis berupa kartilago yang mengandung osteoblas, danpada orang dewasa yang sudah tidak bertambah tinggi lagi, cakra epifisisnya sudah mengalami osifikasi. Osteoblas ini terdapat pada sumsum tulang. Sumsum tulang terdapat pada rongga tulang pipa. Sumsum tulang dibedakan menjadi sumsum merah dan sumsum kuning. Sumsum merah berfungsi sebagai tempat pembentukan sel-sel darah merah dan sel-sel darah putih, sedangkan sumsum kuning berfungsi sebagai tempat pembentukan sel-sel lemak. Contoh tulang pipa adalah tulang paha dan tulang betis. Di dalam tulang pipa terdpat osteoblas yang berfungsi untuk perkembangan, pemeliharaan, perawatan dan perbaikan tulang.
b. Tualng Pipih
Tulang ini berbentuk pipih dan tersusun atas dua lapis tulang kompak yang dipisahkan oleh tulang spons. Rongga di dalamnya berisi sumsum merah. Fungsi utama dari tulang pipih adalah sebgai pelindung organ-organ pentin g, seperto otak, jantung, paru-paru dan kantong kemih. Namun, beberapa jenis tulang pipih seperti tulang belikat, tulang rusuk dan tulang panggul merupakan tempat perlekatan otot.
c. Tulang Pendek
Tulang ini berbentuk pendek, bulat, atau menyerupai kubus. Bagian luar tulang pendek dibentuk oleh lapisan tipis tulang kompak. Bagian dalamnya disusun oleh tulang spons dengan rongga-rongga yang berisi sumsum merah. Tulang pendek berfungsi untuk menyerap goncangan yang keras dan terdpat pada persendian yang kompleks, seperti pada persendian lutut dan mata kaki. Selain itu, tulang pendek juga berfungsi sebagai penyerap jika terjadi suatu tekanan. Contoh tulang pendek adalah tulang-tulang telapak tangan dan telapak kaki.
d. Tulang Tak Berbentuk (Tulang Tak Beraturtan)
Dinamakan tulang tak beraturan karena bentuk tulang ini bermacam-macam dan sulit dideskripsikan. Tualng tak beraturan merupakan tulang yang telah berpasangan dan terdpat pada bidang sumbu tubuh. Contohya tulang belakang, tulang wajah dan tulang rahang. Fungsi tulang ini adalah sebagai pelindung, penyokong dan tempat perlekatan otot.
e. Tulang Sesamoid
Tulang sesamoid ( diambil dari bahasa Inggris sesame = biji wijen) adalah tulang kecil yang berbentuk seperti biji sejenis tumbuhan. Tulang ini terdpat di dalam tendon yang menghubungkan tulang ke otot. Fungsi tulang sesamoid adalah untuk menguarangi pergeseran tendon atau perubahan jalur tendon. Contoh tulang jenis ini adalah tulang temputung lutut (patela).
D. Proses Pembentukan Tulang
Rangka manusia terbentuk pada akhir bulan kedua atau awal bulan ketiga pada waktu perkembangan embrio. Pembentukan tulang terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago) yang dihasilkan dari sel-sel mesenkim. Sel-sel tulang terbentuk dari bagian dalam ke bagian luar. Urutan proses pembentukan tulang (osifikasi) sebagai berikut:
a. Bagian dalam tulang rawan pada embrio berisi banyak osteoblas.
b. Osteoblas membentuk osteosit. Osteosit tersusun melingkar membentuk sistem Havers. Di tengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang mengandung banyak pembuluh darah dan serabut saraf.
c. Osteosit mnyekresikan zat protein yang akan menjadi matriks tulang. Selanjutnya, osteosit akan mendapat tambahan senyawa kalsium dan fosfat yang akan membuat tulang mengeras.
d. Selama terjadi osifikasi, bagian diantara epifisis dan diafisis membentuk cakra epifisis. Cakra epifisis berupa tulang rawan yang mengandung banyak osteoblas.
e. Bagian cakra epifisis terus mengalami penulangan yang mengakibatkan tulang memanjang.
f. Di bagian telah tulang pipa terdpat osteoklas yang merusak tulang. Akibatnya, tulang tersebut menjadi berongga dan terisi oleh sumsum tulang.
E. Klasifikasi Tulang
Skeleton manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu skeleton aksial sumbu tubuh dan skeleton apendikular (anggota tubuh). Skeleton aksial adalah tulang-tulang yang menyusun sumbu utama tubuh manusia dari ujung kepala hingga ujung tulang ekor.
Adapun skeleton apendikular adalah tulang-tulang yang menyusun alat gerak atas dan alat gerak bawah. Perhatikan gambar berikut:
a. Skeleton Aksial
Skeleton aksial terletak pada sumbu tubuh meliputi tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada dan tulang rusuk.
1. Tulang Tengkorak (Skull)
Tulang tengkorak terdiri atas tulang pipih yang berjumlah 28 buah. Tulang-tulang pembentuk tengkorak dibedakan menjadi tengkorak wajah dan tempurung kepala. Tulang tempurung kepala terdiri atas tulang dahi, tulang kepala belakang, tulang ubun-ubun, tulang baji dan tulang pelipis. Adapun tulang tengkorak wajah terdiri atas tulang pipi, tulang hidung, tulang rahang atas, tulang rahang bawah, tulang air mata dan tulang langit-langit. Fungsi tulang tengkorak adalah melindungi otak, mata dan telinga bagian dalam.
2. Tulang Belakang (Vertebrae)
Tulang belakang terdiri atas 26 buah ruas tulang. Tulang leher paling atas yang langsung berhubungan dengan tempurung kepala dinamakan tulang atlas. Tualng belakang dibedakan atas tulang leher, tulang punggung, tulang pinggang, tulang kelangkang dan tulang ekor. Tulang kelangkan merupakan fusi dari lima ruas tulang belakang, sedangkan tulang ekor merupakan fusi dari empat segmen terakhir tulang belakang. Fungsi tulang belakang adalah menagakkan tubuh dan tengkorak serta sebagai perlekatan tulang-tulang rusuk. Perhatikan gambar di bawah ini!
3. Tulang Rusuk dan Tulang Dada (Sternum)
Tulang dada terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian hulu, badan dan taju pedang. Sementara itu, tulang rusuk terdiri atas 12 pasang yang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu tulang rusuk sejati, tulang rusuk melayang dan tulang rusuk palsu.
a. Tulang Rusuk Sejati
Tulang rusuk sejati berjumlah tujuh pasang. Pada tulang rusuk sejati ujung depannya melekat pada tulang dada, sedangkan ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang.
b. Tulang Rusuk Palsu
Tulang rusuk palsu berjumlah tiga pasang. Pada tulang rusuk palsu ujung depannya melekat pada tulang rusuk di atasnya, sedangkan ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang.
c. Tulang Rusuk Melayang
Tulang rusuk melayang berjumlah dua pasang. Pada tulang rusuk melayang ujung depannya tidak melekat pada tulang manapun, sedangkan ujung belakangnya melekat pada ruas-ruas tulang belakang.
Tulang dada dengan tulang rusuk dan tulang belakang secara bersama-sama berfungsi melindungi organ vital seperti jantung dan paru-paru. Perhatikan struktur tulang dada dan tulang rusuk pada gambar berikut!
b. Skeleton Apendikular
Skeleton apendikular terdiri atas 126 buah tulang yang meliputi tulang anggota gerak (tungkai), gelang bahu dan gelang panggul. Tulang-tulang tersebut merupakan tulang-tulang yang sangat fleksibel.
Tungkai terdiri atas tungkai atasI (lengan) dan tungkai bawah (kaki). Tualng lengan dibagi menjadi tulang lengan atas(humerus) yang berhubungan dengan dua tulang pada lengan bawah, yaitu tulang pengumpil (radius) dan tulang hasta (ulna). Radius dan ulna berhubungan dengan 8 ruas tulang pergelangan tangan (karpal), 5 ruas tulang telapak tangan (metakarpal), dan 14 ruas tulang jari (falang). Terdapat tiga falang pada tiap jari, kecuali dua falang pada ibu jari.
Bagian utama kaki terdiri atas tiga tulang, yaitu tulang paha (femur), tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula). Femur merupakan tulang terpanjang dan terkuat. Femur berhubungan dengan tibia dan fibula melalui tempurung lutut (patela). Adapun tibia dan fibula berhubungan dengan 7 ruas tulang pergelangan kaki (tarsal), 5 ruas tulang telapak kaki (metatarsal) dan 14 ruas tulang jari kaki (falang). Tibia yang panjang berfungsi menyokong berat tubuh, sedangkan fibula yang ramping membantu mengatur pergerakan pergelangan kaki. Tulang-tulang jari kaki yang lebih pendek dan gemuk daripada tulang-tulang jari tangan membantu kita seimbang berdiri di atas dua kaki. Tulang pergelangan kaki yang terbesar adalah tumit (kalkaneus).
Gelang bahu (pektoral) yang terletak di pangkal humerus terdiri atas dua tulang selangka (klavikula) dan dua tulang belikat (skapula). Di kalivikula, tulang apendikular berhubungan dengan tulang aksialm yaitu sternum.
Gelang panggul (pelvis) tersusun atas lima tulang, yaitu ilium, pubis, ischium, sakrum dan koksi, yang menyatu sehingga tampak seperti satu tulang. Ilium bergabung dengan sakrum pada dasar vertebrae. Tulang-tulang pelvis berfungsi melindungi organ-organ dalam yang lunak seperti usus atau uterus pada perempuan. Pelvis perempuan berbeda dengan pelvis laki-laki. Rongga pelvis perempuan lebih dangkal dan beruang dibandingkan rongga pelvis laki-laki. Hal tersebut memudahkan bayi melewati rongga pelvis pada saat proses persalinan.
F. Hubungan Antartulang (Persendian atau Artikulasi)
Tulang di dalam tubuh dapat berhubungan secara erat atau tidak erat. Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Terbentuknya sendi dimulai dari kartilago di daerah sendi. Mula-mula kertilago akan membesar lalu kedua ujungnya akan diliputi jaringan ikat. Kemudian kedua ujung kartilago membentuk sel-sel tulang, keduanya diselputin oleh selaput sendi (membran sinovial) yang liat dan menghasilkan minyak pelumas tulang yang disebut cairan sinovial.
Di dalam sistem rangka manusia terdapat tiga jenis hubungan antartulang, yaitu sinartrosis, amfiartrosis dan diartrosis.
a. Sinartrosis
Sinartrosis adalah hubungan antartulang yang tidak memiliki celah sendi. Hubungan antartulang ini dihubungkan dengan erat oleh jaringan ikat yang kemudian menulang sehingga sama sekali tidak bisa digerakkan.
Ada dua tipe utama sinartrosis, yaitu suture dan sinkondrosis. Suture adalah hubungan antartulang yang dihubungkan dengan jaringan ikat serabut padat, contohnya pada tengkorak. Sinkondrosis adalah hubungan antartulang yang dihubungkan oleh kartilago hialin, contohnya hubungan antara epifisis dan diafisis pada tulang dewasa.
b. Amfiartrosis
Amfiartrosis adalah sendi yang dihubungkan oleh kartilago sehingga memungkinkan untuk sedikit gerakan. Amfiartrosis dibagi menjadi dua, yaitu simfisis dan sindesmosis. Pada simfisis, sendi dihubungkan oleh kartilago serabut yang pipih, contohnya pada sendi antartulang belakang dan pada tulang kemaluan. Pada sindesmosis, sendi dihubungkan oleh jaringan ikat serabut dan ligamen. Contohnya sendi antara tulang betis dengan tulang kering.
c. Diartrosis
Diartrosis adalah hubungan antartulang yang kedua ujungnya tidak dihubungkan oleh jaringan sehingga tulang dapat digerakkan. Diartrosis disebut juga hubungan sinovial yang dicirikan oleh keleluasaannya dalam bergerak dan fleksibel. Sendi ada yang dapat bergerak ke satu arah dan ada pula yang dapat bergerak ke berbagai arah.
Ciri-ciri diartrosis adalah sebagai berikut:
1. Permukaan sendi dibalut oleh selaput atau kapsul jaringan ikat fibrous (menyerabut).
2. Bagian dalam kapsul dibatasi oleh membran jaringan ikat yang disebut membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk mengurangi gesekan.
3. Kapsul fibrousnya ada yang diperkuat oleh ligamen dan ada yang tidak.
4. Di dalam kapsul biasanya terdapat bantalan kartilago fibrosa.
Hubungan antartulang yang bersifat diartrosis contohnya adalah sebagai berikut:
1. Sendi Engsel
Pada sendi engsel, kedua ujung tulang berbentuk engsel dan berporos satu. Gerakannya hanya satu arah seperti gerakan engsel pintu. Misalnya, sendi pada siku, lutut, mata kaki dan ruas antarjari.
2. Sendi Putar
Pada sendi putar, ujung tulang yang satu dapat mengitari ujung tulang yang lain. Bentuk seperti ini memungkinkan gerakan rotasi dengan satu poros, misalnya sendi antara tulang hasta dengan tulang pengumpil, dan sendi antara tulang atlas dengan tulang tengkorak.
3. Sendi Pelana atau Sela
Pada sendi pelana, kedua ujung tulang membentuk sendi berbentuk pelana dan berporos dua, tetapi dapat bergerak lebih bebas, seperti gerakan orang naik kuda. Misalnya, sendi antar tulang telapak tangan dengan pergelangan tangan dan dengan ruas jari tangan.
4. Sendi Kondiloid atau Elipsoid
Sendi kondiloid memungkinkan gerakan berporos dua dengan gerakan ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Ujung tulang yang satu berbentuk oval dan masuk ke dalam suatu lekuk berbentuk elips. Misalnya sendi antara tulang pengumpil dan tulang pergelangan tangan.
5. Sendi Peluru
Pada sendi peluru, kedua ujung tulang berbentuk lekuk dan bongkol. Bentuk ini memungkinkan gerakan bebas ke segala arah dan dapat berporos tiga. Misalnya sendi antara tulang gelang bahu dan lengan atas, dan antara tulang gelang panggul dan paha.
6. Sendi Luncur
Pada sendi ini, kedua ujung tulang agak rata sehingga menimbulkan gerakan menggeser dan tidak berporos. Contohnya, sendi antartulang pergelangan tangan, antartulang pergelangan kaki, antartulang selangka, dan tulang belikat.
G. Gangguan Pada Tulang dan Sendi
a. Kekurangan vitamin D
Vitamin D (kalsiferol) adalah vitamin yang diperlukan untuk penulangan pada tulang. Pada mamalia, vitamin dapat disintesis oleh tubuh melalui provitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet. Kekurangan vitamin D dapat trjadi jika tubuh tidak menerima sinar matahari yang cukup. Kekurangan vitamin D pada anak-anak menyebabkan rakhitis, biasanya terlihat pada pertumbuhannya yang terganggu dan kaki berbentuk O atau X. Pada orang dewasa, kekurangan vitamin D dan zat kapur menyebabkan penyakit yang disebut osteomalasia.
b. Kecelakaan
Gangguan pada tulang dapat berupa:
1. Memar
Gangguan ini merupakan sobeknya selaput sendi. Bila sobeknya selaput sendi diikuti oleh lepasnya ujung tulang dari sendi disebut urai sendi.
2. Fraktura
Fraktura atau patah tulang dibedakan sebagai berikut:
a) Patah tulang tertutup, bila tulang yang patah tidak merobek kulit.
b) Patah tulang terbuka, bila tulang yang patah merobek kulit dan tulang mencuat keluar.
c) Fisura, bila tulang hanya retak.
c. Kebiasaan Sikap Tubuh yang Salah
Kebiasaan posisi tubuh yang salah yang dilakukan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan kelainan tulang lordosis, kifosis, dan skoliosis.
1. Lordosis
Lordosis adalah kelainan pada tulang leher dan panggul yang terlalu membengkok ke depan.
2. Kifosis
Kifosis adalah kelainan pada tulang punggung yang terlalu membengkok ke belakang. Kelainan ini dapat terjadi misalnya karena kebiasaan menulis yang terlalu membungkuk yang dilakukan selama bertahun-tahun.
3. Skoliosis
Skoliosis adalah kelainan pada ruas-ruas tulang belakang yang membengkok ke samping. Skoliosis dapat terjadi jika seseorang sering membebani salah satu sisi tulang belakang, dan kebiasaan ini dilakukan selama bertahun-tahun.
d. Nekrosa
Nekrosa terjadi jika selaput tulang (periosteum) rusak sehingga bagian tulang tidak memperoleh makanan, lalu mati, dan mengering.
e. Gangguan Persendian
1. Dislokasi
Dislokasi disebabkan oleh bergesernya sendi dari kedudukan semula karena jaringan penggantungnya (ligamentum) sobek.
2. Ankilosis
Ankilosis adalah suatu keadaan persendian yang tidak dapat digerakkan sehingga seolah-olah menyatu.
3. Terkilir
Terkilir adalah tertariknya ligamentum ke posisi yang tidak sesuai, tetapi sendi tidak bergeser. Terkilir dapat terjadi karena gerakan tiba-tiba atau gerakan yang jarang dan sulit dilakukan.
4. Artritis
Artritis adalah peradangan yang terjadi pada sendi. Artritis dapat dibedakan menjadi:
a) Artritis Gout
Gout terjadi karena adanya timbunan asam urat pada jari-jari tangan terutama pada sendi-sendi. Sebagai akibatnya ruas jari-jari membesar dan terasa sakit jika digerakkan.
b) Osteoartritis
Osteoartritis adalah menipisnya tulang rawan sehingga mengalami degenerasi. Akibatnya terjadi gangguan jika sendi digerakkan.
c) Artritis Eksudatif
Artritis eksudatif adalah terisinya rongga sendi oleh cairan yang disebut getah radang. Penyakit ini terjadi karena serangan kuman.
d) Artritis Sika
Artritis sika adalah berkurangnya minyak sendi yang menyebabkan rasa nyeri saat tulang digerakkan.
f. Serangan Kuman pada Sendi
1. Infeksi gonorea dan sifilis dapat menyerang persendian sehingga sendi menjadi kaku.
2. Layuh sendi adalah keadaan tidak bertenaga pada sendi yang disebabkan karena layuhnya tulang akibat infeksi sifilis ketika bayi di dalam kandungan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment